If you never tasted a bad apple. You would not
appreciate a good apple.
Setiap yang ada dalam diri. Yang tau siapa kamu, dan
pantasnya dirimu, ya kamu sendiri. Apakah kamu mau memilih tetep duduk aja di kursi
kuliah lalu pulang belajar atau memposisikan dirimu terjun dalam kegiatan yang
lebih menantang. Membagi waktu menjadi hal yang bisa dipelajari, dikenang, dan
diatasi. Bukan cuma sekedar duduk dan pulang.
Tidak semua orang tertarik untuk menjadi aktivis
kampus. Ya tidak papa, toh hidup kan juga pilihan, kalo mereka memang memilih
untuk duduk pulang dan belajar, itu pilihan mereka, mereka memilih demikian
karena mereka memang menikmati yang seperti itu.
Sebaliknya, kita tidak menyalahkan,jika para aktivis
kampus yang sok sibuk atau semacamnya, tapi ya memang begitu halnya, mereka
memilih berada di posisi itu, dan saya yakin hal yang mereka pilih adalah yang
mereka nikmati.
Apapun yang sudah menjadi pilihan kita, bahkan dari
hal kecilpun, tidak ada yang namanya bebas dari hambatan atau masalah.
Ketika saya menulisakan catatan ini, saya
mempersilahkan anda untuk membaca tulisan saya hingga tuntas, atau
meninggalkannya begitu saja. Bukan menjadi niat saya untuk memaksa anda
menuntaskannya. Tapi ijinkanlah saya menorehkan balutan kata cerita menjadi
aktivis kampus.
Seseorang yang datang dan berada di sekitar kita,
bukanlah orang-orang yang hadir karena ketidaksengajaan. Tapi mereka hadir
karena sebuah alasan dan tujuan. Baik itu untuk tujuan yang sama dengan kita,
berbeda, atau berada di pilihan yang berbanding terbalik dengan kita. Siapapun
yang hadir dalam kehidupan kita, hargailah sobat. Mereka hadir untuk belajar
maupun mengajarkan.
Banyak hal yang saya pelajari ketika saya menentukan
pilihan untuk menjadi seorang yang otaknya dipenuhi dengan deadline. Mungkin
bagi temen-temen yang memang memilih untuk focus belajar, memandang kami
“ngapain sih ikut ini itu, sok sibuk, dsb”, tapi saya yakin apa yang telah kami
pilih, seharusnya kami nikmati. Yang memilih jalan seperti yang saya pilih
pasti faham, ketika harus menyelesaikan jobdesk, rapat sampai malam, dan besok
quiz, tugas yang numpuk, focus yang kepecah, emosi, temen yang kurang loyal,
dan lain sebagainya.
Banyak hal yang perlu pemahaman tinggi di sini, bukan
bukan pemahaman di bangku kuliah. Tapi bagaimana kita memahami orang, bagaimana
kita memahami diri, bagaimana kita membagi, bagaimana kita agar terlihat tetap
tegar, tetap semangat. Tapi,
Saya akui, pernahkah kamu merasa? Ketika kamu sudah
memiliki teman-teman yang luar biasa, yang berada dalam pilihan yang sama, otak
yang sama, jalan yang sama, tujuan yang sama. Tapi sebenarnya kamu tetap
sendiri. Pernahkah kamu berfikir jika semua itu hanya semu. Tak ada tim yang
hebat, taka da semangat yang membara, taka da komitemn dan loyalitas, ya tak ada
yang sempurna. Konflik? Masalah? Salah faham? Semua sudah kalap, kalo sudah
pernah terjun di dunia ini.
Pernah suatu ketika, semua sudah capek, lelah, dan
hanya ada ego. Ya, ketika masih menjadi bagian bocah bawang dalam dunia
tersebut, ketika ada suatu masalah, canderung “don’t’ care”, bodo amat, tapi
tidak, jika kamu memiliki loyal yang tangguh. Aku pernah bertanya, apakah
memang manusia ya begini, kalo udah loyo terus males, atau sebenarnya cuma aku
yang merasa terlalu semangat memiliki tujuan?. Mimpi ya harus diwujudkan,
kadang aku masih heran. Kenapa kita selalu baik di depan, tapi jarang untuk
bisa bertahan?. Kita selalu menyampaikan mimpi mimpi yang tinggi saat
berangkat, tapi loyo ditengah jalan? Jujur kawan, itu pertanyaan yang sampai
saat ini masih menghantui pikiran saya. Yap, mungkin yang sudah membaca sampai
bagian ini, bingung. Tapi, aku juga bingung sobat.
Kenapa ketika kamu memiliki mimpi, semua energy hanya
kau gunakan saat awal, semua kobar semangat hanya di depan. Jadi kenapa ada
mimpi, kenapa ada harapan kalo kamu berhenti tengah jalan?. Masalah? Masalah
itu pasti ada, api yang kau bawa saat pergi, akan selalu ada angin yang
menerpanya, tapi bisakah kau tetap nyalakan apimu sampai tiba tujuanmu?
Kadang aku merasa sendiri memegang obor api, ketika yang
lain mulai redup. Apakah memang demikian titik jenuh seorang aktivis?. Dan
disinilah aku faham, arti bocah bawang. Dulu mungkin aku memang begitu, api
yang membara kemudian meredup, tapi tidak dengan sekarang, loyal adalah
kehormatan. Kalo aku mau, aku harus bisa wujudkan, kalo aku redup, lebih baik
kumatikan, daripada aku dipandang sebagai beban bagi obor yang terlalu
berkobar.
Bukan, bukan itu masalahnya meredup atau berkobarnya
api di tengah perjalanan. Tapi di sini kita belajar, bagaimana kita memahami
orang lain sobat, ada alasan di balik meredup atau berkobarnya semangat
mencapai visi. Ya, menjadi pemimpin tidak harus selalu otoriter supaya bisa
tercapai sebuah tujuan. Ketika kamu hanya memperdulikan satu tujuanmu, kamu
akan kehilangan tim hebat yang sebenarnya.
Ikhlas! Sabar. kapan? Ya saat yang lain loyo, tapi
Cuma kita yang semangat, ikhlas, saat yang lain males-malesan dan Cuma kita
yang loyal, tujuan berada di sini bukan untuk terwujudnya tujuan semata. Ketika
kamu hanya focus pada tujuanmu, berarti kamu Cuma focus pada pekerjaanmu, dan
ketika itu selesai, ya udah , mungkin kamu Cuma berfikir “yang penting tugasku
selesai”. Itulah yang menyebabkan struktur negeri ini bobrok, payah, tidak ada
kepedulian dengan yang lain. Yang ada hanya tim hebat yang semu, tanpa ikatan
batin, tanpa rasa memiliki.
Sadarlah kawan, kamu terjun disitu adalah pilihan.
Pilihan harus diselesaikan, memang, tapi setelah selesai, kamu harus bisa
mempertahankan hubungan. Kita tak akan pernah tau kapan kita butuh seseorang. Ketika
kita kerja ikhlas, ikhlas mbantu, jangan niatkan itu semata untuk selesainya
pekerjaan, tapi niatkan untuk ibadah, niatkan untuk perbaikan , niatkan untuk
peningkatan kualitas diri. Baik buruknya seseorang bukan dilihat dari
tercapainya jabatan, tapi dari attitude yang dia miliki, memang pernah saya
berada dalam posisi yang dipandang buruk, mungkin tersirat dalam benak anda,
saya tidak pantas untuk mengatakan hal tersebut karena saya pernah menjadi
tidak baik. Tapi, ingatlah sobat.
Hidup adalah hikmah dan hidayah. Dari kesalahan yang
dibuat, disitulah kita belajar, disitulah kita sadar, yang dulu pernah buruk,
tidak selamanya akan buruk. Dan yang pada mulanya baik, belum tentu hingga
akhir bertahan baik. If you never tasted a bad apple. You would not appreciate
a good apple. You have to experience life to understand life.
Hanya satu pesan ku untuk para pejuang jalan, apapun
yang sudah kamu pilih, selesaikan. Ikhlas, hadapi, niatkan bukan untuk
menyelesaikan pekerjaan tapi untuk peningkatan kualitas dirimu. Saya tau setiap
pribadi pasti punya hati nurani. Biarkan hati nurani yang menilai. Sudahkah sampai
saat ini dirimu menjadi lebih baik? Karna alasan dari keberadaamu ya untuk
belajar dan mengajarkan!
(Fttaufiqoh.Pajak 2013)